Lirik Lagu Sinopsis Film Gaya Hidup
Blackberry LG Mobile Nokia Samsung Sony Ericsson
Klasemen L.Italia Klasemen L.Inggris Jadwal Liga Italia Jadwal Liga Inggris
Resto Enak di Jakarta Resto Romantis di Jkt Hokben Delivery Bakmi GM Delivery PHD - Pizza Hut
Mei 08, 2009 | Jumat, Mei 08, 2009 | 0 Comments

Gula-gula Rani

Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen (50) tewas, muncul banyak sangkaan. Maklum, ada tiga nama besar yang terseret menjadi tersangka. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi nonaktif Antasari Azhar, Komisaris Utama PT Pers Indonesia Merdeka Sigid Haryo Wibisono, serta Mantan Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Wiliardi Wizar. Kasus pun dihubung-hubungkan dan dibedah dengan teori konspirasi.

Cara dan lokasi pembunuhan dianggap justru ingin menunjukkan kepada publik bahwa ada hal yang lebih besar ketimbang pembunuhan itu sendiri.

Aneh bahwa pelaku tidak mengubah nomor polisi sepeda motor dengan yang palsu sehingga kasus mudah terbongkar. Aneh bahwa pelaku menggunakan senjata api dan bukan senjata tajam. Bukankah dampak beritanya justru menjadi lebih besar saat pelaku membunuh dengan senjata api?

Aneh bahwa pelaku membunuh saat korban berada di mobil mewahnya. Mengapa bukan saat pelaku tidak dengan mobilnya? Aneh juga bila ini semua cuma dianggap para pelaku dan perancang pembunuhan teledor.

Saat Kapolri Bambang Hendarso Danuri mengumumkan ada sembilan tersangka, spekulasi berbasis teori konspirasi kian berkembang. Ada dugaan saling memeras dan bersekongkol di antara Nasrudin, Antasari, Sigid, dan Wiliardi.

Dari hasil penyelidikan sementara, polisi menduga, Antasari minta bantuan Sigid untuk membereskan Nasrudin. Sigid lalu menghubungi Wiliardi dan menyerahkan uang Rp 500 juta.

Wiliardi lalu melibatkan dua perantara lain, Jr dan Ed. Ed lalu menyerahkan uang dan meminta empat pelaku membunuh Nasrudin. Tuduhan polisi tentu saja dibantah para pengacara tersangka.

Rani Juliani

Saat kisah-kisah yang diwarnai teori konspirasi surut. Media massa mulai menyajikan berbagai pemberitaan Rani Juliani (22). Maklum, buat publik, tokoh ini menggoda buat diikuti.

Buat media massa, ia bisa masuk berita infotainment, politik dan hukum, maupun berita kriminal. Perempuan kelahiran Tangerang, 1 Juli 1986, ini bisa menjadi pergunjingan elok di antara ibu rumah tangga, kalangan politisi, bahkan para pengusaha.

Sosok Rani ber-rating tinggi. Bisa diolah dengan berbagai resep. Asmara, darah, petualangan, air mata, dan perselingkuhan.

Rani adalah anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Endang M Hasan (45) dan Kuswati (40). Mereka tinggal di lingkungan RT 1 RW 4 Kampung Kosong, Kelurahan Penanggungan Utara, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang.

Rani mengenal Antasari dan Nasrudin di lapangan golf saat ia menjadi caddy (pemandu golf). ”Statusnya (sebagai caddy) freelance. Sebab, kami menggunakan jasa pihak ketiga untuk penyediaan caddy. Begitu juga saat dia menjadi marketing, juga tidak berstatus sebagai karyawan,” kata General Manager Eksternal Modernland Herman Halim.

Sambil bekerja, Rani kuliah di Sekolah Tinggi Manajemen Ilmu Komputer. Ia mengambil diploma tiga jurusan manajemen informatika dengan konsentrasi sistem informasi manajemen.

Menurut Endang dan ketua RT, M Sidik, Rani menikah di bawah tangan dengan Nasrudin tahun 2007. Keduanya menikah di depan penghulu Amil Sanjaya, dengan wali, Endang.

Meski sudah menikah, Nasrudin dalam sepekan hanya sesekali mampir, dan tak pernah menginap. Parmin, sopir Nasrudin, pun hanya mengenal Rani sebagai anak angkat Nasrudin.

Dalam kasus pembunuhan Nasrudin, Rani kemudian dicitrakan sebagai pemicu konflik antara Antasari dan Nasrudin. Rani menjadi motif kasus dan dijadikan saksi kunci oleh polisi. Ia harus dilindungi dan disembunyikan.

Tetapi benarkah? Terasa berlebihan bila Antasari, Sigid, dan Wiliardi mempertaruhkan dirinya hanya demi seorang caddy. Publik akhirnya akan kembali tertarik menunggu skenario besar tentang dugaan saling memanfaatkan dan konflik di antara Nasrudin, Antasari, Wiliardi, dan Sigid.

Lebih-lebih setelah pengacara Sigid mengatakan, Sigid ”menitipkan” Wiliardi kepada Antasari yang diminta membujuk Kapolri memberikan bintang di pundak kepada Wiliardi.

Jika demikian, Rani menjadi sekadar gula-gula kasus pembunuhan Nasrudin. Sekadar pengalih perhatian media massa.kompas

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright BLOG COETANARIE © 2010 - All right reserved - Using Blueceria Blogspot Theme
info berita heboh terbaru Ramalan Zodiak tips-trik Job Vacancy Centre Scholarships Resources and Free Magazines