
Para pengungsi sipil Sri Lanka kehilangan fungsi fisik mereka sehingga membutuhkan kursi roda dan alat bantu lainnya untuk melakukan aktivitas sehari-hari pascaperang.
Lembaga kemanusiaan Prancis, Handicap International merupakan satu di antara lembaga kemanusiaan lain yang memberikan bantuan kepada para pengungsi yang cacat tersebut.
Lembaga itu bahkan sudah mendirikan pusat terapi dan akan membuka fasilitas pembuatan alat bantu fisik dan kursi roda di sebelah utara Provinsi Batticaloa.
Relawan menyatakan korban banyak berjatuhan pada hari-hari terakhir terdesaknya gerilyawan Macan Tamil. Jumlah yang dirilis relawan itu sangat jauh berbeda dengan versi pemerintah. Sebelumnya Presiden Mahinda Rajapaksa mengklaim telah menyelamatkan 280.000 pengungsi sipil tanpa satu di antara mereka yang menjadi korban.
Direktur Handicap International Satish Misra seperti dikutip Daily Telegraph, Senin (25/5/2009), mengatakan jumlah korban yang lumpuh mencapai antara 25.000 hingga 30.000 orang.
Misra menambahkan, pihaknya telah mendirikan pusat keadaan darurat di Vavuniya sejak tahun lalu untuk menampung jumlah korban lumpuh. Pihaknya mengerahkan para psikolog dan ahli terapi untuk membantu korban.
Misra juga mengaku menghadapi banyak kasus terkait korban lumpuh. Bom tidak memilih mana di antara pengungsi yang sedang dalam kesulitan.
"Kami tahu seorang pria kehilangan kakinya dan istrinya kehilangan kedua kaki. Padahal mereka memiliki bayi yang baru berusia delapan bulan. Saat akan meninggalkan bayi keluar dari bunker untuk mencari makanan, bom datang dan menghempaskan tubuh mereka," kata Misra.
Seorang pengungsi menggambarkan saat bom jatuh seperti hujan. Padahal area 2 kilometer persegi itu ditinggali 100.000 orang. Bunker pun terkadangan tidak banyak membantu untuk melindungi pengungsi.
Dia berkomentar, Sri Lanka merupakan zona perang terburuk di dunia selama 20 tahun dirinya mengabdikan diri di wilayah konflik.(okezone)
0 komentar:
Posting Komentar